Minggu, 08 Juni 2014

Pura Luhur Rambut Siwi Berawal dari Sehelai Rambut


Pura Luhur Rambut Siwi terletak di Desa Yeh Embang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Pada saat piodalan yang tepatnya pada hari Rabu Umanis Perangkabat, umat dari berbagai penjuru memadati pura yang berlokasi di tepi laut ini. Tepatnya, berada sekitar 17 km arah timur Kota Negara.
Awal  mula Pura Rambut Siwi tertuang dalam Dwijendra Tatwa. Menurut I Ketut Wiana, keberadaan Pura Rambut Siwi sangat terkait dengan mitologi kedatangan Mpu Dang Hyang Nirartha dari Jawa Timur atau Majapahit ke Bali. Wiana mengutip cerita Mpu Bhaskara Murti dari Geria Madu Sudana, Negara, mengatakan, saat Mpu Dang Hyang Nirartha ke Bali salah satu pura yang beliau kunjungi adalah Pura Rambut Siwi. Saat beliau memasuki pura tersebut, penjaga pura mengharuskan agar Mpu Dang Hyang Nirartha sembahyang di Pura Rambut Siwi.
Kalau tidak melaksankan perintahnya, beliau akan diterkam oleh harimau. Karena diharuskan harus sembahyang, menyembahlah beliau di pura tersebut ternyata pura tersebut menjadi hancur berantakan. Oleh sebab itu, penjaga pura akhirnya mohon maaf kepada Mpu Dang Hyang Nirartha. Di samping itu, penjaga pura mohon agar pura itu dikembalikan pada keadaan semula. Atas kewisesaan Mpu Dang Hyang Nirartha, pura itu pun kembali utuh seperti sedia kala.
Mpu Dang Hyang Nirartha mengambil sehelai rambut beliau diletakkan di pura tersebut untuk dijadikan sarana pemujaan di pura tersebut. Sejak itulah pura tersebut bernama Pura Rambut Siwi. Nama Rambut Siwi inilah yang lebih populer dikenal sampai saat ini baik dari daerah bali maupun dari kawasan luar bali.

Cerita Mangku Gede Pura Luhur Rambut Siwi Ida Bagus Kade Ordo tidak  jauh dari cerita Wiana. Mengutip Dwijendra Tatwa, ia menceritakan setelah beberapa lama di Gelgel, Dang Hyang Nirartha ingin menikmati Bali. Beliau pun berangkat ke arah barat sampai di daerah Jembrana berbelok ke selatan dan berbalik lagi ke timur menyusuri pantai rambut siwi.
Sementara itu, menurut Ketut Subandi (alm.) dalam bukunya " Sejarah Pembangunan Pura-Pura di Bali " menuliskan kedatangan Dang Hyang Nirartha di Bali pada tahun Caka 1411 atau tahun 1489 masehi yang dikisahkan dalam beberapa pustaka, seperti Dwijendra Tatwa dan Babad Catur Brahmana.
Subandi menuliskan kisah Dang Hyang Nirartha dalam perjalanannya di Bali sempat tinggal di Desa Gading Wani. Beliau mendengar di desa itu masyarakatnya sedang mengalami sakit keras. Bahkan, tidak sedikit yang meninggal akibat penyakit yang dideritanya. Kedatangan Dang Hyang Nirartha di desa itu berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita masyarakat yang berada di daerah Desa Gading Wani. Dari kejadian itu pula, masyarakat berharap agar Dang Hyang Nirartha bisa tetap tinggal di desa itu.
Sayang, Dang Hyang Nirartha tidak bisa memenuhi keinginan warga setempat, dan Beliau berkenan memberikan seutas rambutnya sebagai jimat untuk menolak wabah penyakit. Rambut inilah yang kemudian dipuja (Siwi) dan dibuatkan tempat suci sebagai tempat penyimpanan. Karena itulah pura tersebut dinamakan Pura Rambut Siwi.
Pura Rambut Siwi selain sebagai tempat untuk bersembahyang bagi umat Hindu, juga dijadikan objek wisata mancanegara, tidak jarang orang-orang asing berkunjung ke Pura Rambut Siwi ini untuk menikmati indahnya pemandangan yang ada di sekeliling Pura Rambut Siwi. Turis Mancanegara yang datang ke Pura ini, tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi mereka berbondong-bondong mendatangi obek wisata ini untuk mendapatkan inspirasi-inspirasi yang baru.

Selain letaknya dekat dengan kawasan pantai, pura ini juga letaknya dekat dengan pematangan sawah yang disusun secara berundak-undak (terasering) sehingga lebih menambah indah pemandangan di sekitar pura. Jalan masuk menuju pura dari jalan raya jurusan Denpasar-Gilimanuk pun tidak sangat jauh jaraknya hanya sekitar kurang lebih 100 M saja. Sehingga tidak susah bagi setiap pengunjung yang berjalan kaki pergi bersembahyang maupun yang ingin berwisata ke tempat ini.
Kita sadar, bahwa keajaiban selalu terjadi di berbagai daerah khususnya di kawasan Pura Rambut Siwi yang mulanya hanya berasal dari sehelai rambut Mpu Dang Hyang Nirartha, yang mampu membangun kembali pura yang sudah runtuh menjadi utuh kembali seperti sedia kala. Selain itu juga sehelai rambut yang digunakan sebagai jimat untuk menolak wabah penyakit yang menyerang Desa Gading Wani. Pura Rambut Siwi selain sebagai tempat untuk bersembahyang bagi umat Hindu, tempat ini juga sangat cocok untuk dijadikan objek wisata, tidak hanya tamu-tamu domestik tetapi juga tamu-tamu dari mancanegara.  


Kawan, , , , ,
Kalau kalian ingin berkunjung untuk bersembahyang ayo ke sini! selain wisata bunut bolong, Pura Rambut Siwi ini juga dekat dengan desaku lo…..

Pokoknya dijamin memuaskan…

2 komentar:

  1. Terua terang saya belum pernah datang ke pura Rambut Siwi masuk keutama mandala dan bersembahyang disana. Kalu sembahyang dari luar (dari jalan) sangat sering. Memang ada keinginan untuk datang bersembahyang ke sana tapi selalu tak kesampaian. Namanya saja sudah unik apalagi bila meditasi dan menggali lebih jauh pasti akan lebih seru.Sangat menarik bila dikembangkan sebagai wisata spritual. Cuma harus ada kegiatan yang kontinyu di sana. Saya juga senang meditasi. Pemandangannya memang indah. Apalagi ada sawah-sawahnya dan pantainya yang menarik. Justru saya khawatir tidak lama lagi sawah-sawah akan menyusut dan diganti dengan bangun beton. Semoga tak terjadi. Terimakasih.

    BalasHapus
  2. Terua terang saya belum pernah datang ke pura Rambut Siwi masuk keutama mandala dan bersembahyang disana. Kalu sembahyang dari luar (dari jalan) sangat sering. Memang ada keinginan untuk datang bersembahyang ke sana tapi selalu tak kesampaian. Namanya saja sudah unik apalagi bila meditasi dan menggali lebih jauh pasti akan lebih seru.Sangat menarik bila dikembangkan sebagai wisata spritual. Cuma harus ada kegiatan yang kontinyu di sana. Saya juga senang meditasi. Pemandangannya memang indah. Apalagi ada sawah-sawahnya dan pantainya yang menarik. Justru saya khawatir tidak lama lagi sawah-sawah akan menyusut dan diganti dengan bangun beton. Semoga tak terjadi. Terimakasih.

    BalasHapus