Minggu, 08 Juni 2014

Tangis Bahagia Hadirnya Bidadariku


Curhat sedikit yaa kawan…….

Setiap orang khusunya kaum wanita yang sudah bersuami-istri akan dikaruniai seorang putra atupun putri yang sangat lucu. Namun, ada juga usia perkawinan yang berjalan selama bertahun-tahun belum juga menerima momongan dari Yang Kuasa. Dikarenakan ada faktor-faktor lain yang belum terlaksana. Semua orang yang sudah menikah sudah barang tentu menginginkan sosok bayi yang lucu dan menggemaskan. Mendapat momongan memang tidak meski menghitung dari seberapa lama usia pernikahan. Usia pernikahan baru dua bulan tentu bisa juga akan langsung menerima momongan dari Tuhan. Proses melahirkan memang ada yang berhasil  dan ada juga yang tidak. Nah, saya akan menceritakan proses saat saya melahirkan.
Tepat pada bulan februari 2013 saat itu usia kehamilanku menginjak 7 bulan. Perkiraan lahir dari hasil USG adalah bulan April. Kenyataannya, semua tidak sesuai dengan hasil dari USG. Rabu, 26 Februari 2013 aku ditemani suami memeriksa kehamilanku ke klinik bidan langganan karena ada air yang berwarna keruh dua tetes yang mengalir dari vaginaku. Apakah kondisi si bayi yang ada di dalam kandungan baik-baik saja. Bidanpun berkata, “Wah kondisi si bayi dalam kandungan ibu baik-baik saja, tetapi ada hal lain yang harus ibu ketahui”. Akupun kaget dan gemetaran saat mendengar bidan memberitahu bahwa dibalik sehatan bayiku ada hal lain yang belum disebutkan. Di dalam hati sebelumnya aku tersenyum ria saat mendengan perkataan pertama dari bidan dan disisi lain hatiku sakit menahan rasa takut apa yang akan dikatakan oleh bidan. Dengan segera aku bertanya, “Buk ada apa dengan kandungan saya?” (wajah me merah).
Wajah bidan tersebut tidak seperti biasanya selalu tersenyum saat memeriksa kandunganku. Namun detik ini berubah total sangat berbeda tidak seperti biasanya. “ Ibu yang sabar ya, bayi ibu sekarang tecancam karena air ketuban ibu sudah pecah di dalam kandungan dan ibu akan di kirim ke RSU Negara secepatnya untuk di operasi agar bayi ibu cepat terselamatkan”. Air mataku mengalir tidak kunjung henti, kakiku tidak bisa dipijakkan ke lantai seolah-olah aku lumpuh. Bibirku tidak bisa berucap apapun seolah-olah aku kehilangan pita suara. Detak jantungku berdetak sangat cepat ibaratkan malaikat maut mau menjemput. Sampai di rumah sakit aku pasrah, wajahku suram tanpa warna. Dokter dengan segera mengeluarkan alat melahirkan untukku.
Aku bagaikan patung saat dipasangkan infuse ke lengan kiriku. Dokter memeriksa bagian dalam, apakah si bayi akan lahir saat ini juga. Beberapa jam kemudian, dokter mendatangiku dan memberikan sepotong pil perangsang berwarna merah muda untuk diletakkan di bawah lidah. Tiga jam kemudian dokter menghampiriku, “ Apakah perut ibu sudah terasa sakit atau ingin membuang air besar?”. Aku hanya menggelengkan kepala sambil menahan rasa takut. Lima jam lagi dokter mendatangiku dan memeriksa bagian dalam. Wah, ternyata baru ada bukaan satu kemungkinan ibu tidak jadi di operasi “Seru dokter Adit”. Aku sedikit lega ketika mendengar berita yang diucapkan oleh dokter Adit. Namun, hati tidak bisa dibohongi detak jantungku selalu berdetak kencang dan sangat hebat. Pukul 10.00 malam aku tertidur ditemani suami dan ibuku. Alat pendeteksi jantung si bayi terdengar sangat keras disebelahku dan dokter menugaskan suamiku untuk selalu menunggu perkembangan jantung si bayi. Pukul 12.30 tengah malam, tiba-tiba perutku keras dan terasa sangat sakit seperti ada benda yang menusukku. Sang Suami bergegas memanggil dokter untuk memeriksaku dan mengambil perlengkapan si bayi yang sebentar lagi akan muncul ke dunia.
Tak kuasa ku menahan sakit dari pukul 12.30 tengah malam sampai pukul 11.45 siang. Keringat dan air mata terus bercucuran membasahi rambut dan wajahku. Seruan dokter terkadang tak ku dengar karena sakit yang amat sangat sampai memutus jaringan uratku sebanyak 44. Perjuanganku melahirkan si bayi sudah tidak kuat lagi, “Dok… aku tidak kuat lagi” (sambil memegang pinggang dokter). Suaraku seakan-akan menghilang begitu saja. Dokter segera mengambil langkah untuk menggunting bagian dalamku agar si bayi cepat lahir. Setengah jam kemudian si bayi lahir ke bumi mengeluarkan suara tangisan yang sangat kencang dan dokter lainnya segera membawa bayiku ke ruang bayi. Aku merasa lega. Dokter menjahit bagian dalamku sebanyak 27 setengah dan sakitnyapun hampir menyerupai  saat aku melahirkan si bayi. Tenagaku terkuras habis sedikitpun tak tersisa. Dokter mendatangiku dan membawa bayi perempuanku. Air mataku mengalir lagi ketika melihat buah hatiku sudah lahir ke dunia.   
Perjuangan seorang ibu dalam melahirkan putra-putrinya memang penuh rintangan. Oleh karena itu, janganlah sesekali kita sebagai anak berani menyakiti apalagi sampai ibu kita meneteskan air mata. Cintailah beliau karena sesungguhnya surga ada ditepak kakinya.
Kalau ada sumur di ladang
Bolehkah aku menumpang mandi
Kalau ada umur panjang

Kita pasti berjumpa lagi

1 komentar:

  1. Apa yang anda katakan benar sekali. Bagi saya ibu adalah orang yang paling berjasa dalam hidup. Banyak saya kenang kata-kata ibu yang sangat berharga. Saya merasa beruntung lahir di tengah keluarga ibu yang mengerti kabajikan hidup dan mengajarkan sesuatu yang menjadi dasar hidup saya sampai sekarang. Tak salah kalau orang mengatakan nasib dunia ditentukan oleh ibu. Terimakasih. Salam damai dan ketenangan.

    BalasHapus