Curhat
sedikit yaa kawan…….
Setiap
orang khusunya kaum wanita yang sudah bersuami-istri akan dikaruniai seorang
putra atupun putri yang sangat lucu. Namun, ada juga usia perkawinan yang
berjalan selama bertahun-tahun belum juga menerima momongan dari Yang Kuasa. Dikarenakan
ada faktor-faktor lain yang belum terlaksana. Semua orang yang sudah menikah
sudah barang tentu menginginkan sosok bayi yang lucu dan menggemaskan. Mendapat
momongan memang tidak meski menghitung dari seberapa lama usia pernikahan. Usia
pernikahan baru dua bulan tentu bisa juga akan langsung menerima momongan dari
Tuhan. Proses melahirkan memang ada yang berhasil dan ada juga yang tidak. Nah, saya akan
menceritakan proses saat saya melahirkan.
Tepat
pada bulan februari 2013 saat itu usia kehamilanku menginjak 7 bulan. Perkiraan
lahir dari hasil USG adalah bulan April. Kenyataannya, semua tidak sesuai
dengan hasil dari USG. Rabu, 26 Februari 2013 aku ditemani suami memeriksa
kehamilanku ke klinik bidan langganan karena ada air yang berwarna keruh dua
tetes yang mengalir dari vaginaku. Apakah kondisi si bayi yang ada di dalam
kandungan baik-baik saja. Bidanpun berkata, “Wah kondisi si bayi dalam
kandungan ibu baik-baik saja, tetapi ada hal lain yang harus ibu ketahui”.
Akupun kaget dan gemetaran saat mendengar bidan memberitahu bahwa dibalik
sehatan bayiku ada hal lain yang belum disebutkan. Di dalam hati sebelumnya aku
tersenyum ria saat mendengan perkataan pertama dari bidan dan disisi lain
hatiku sakit menahan rasa takut apa yang akan dikatakan oleh bidan. Dengan segera
aku bertanya, “Buk ada apa dengan kandungan saya?” (wajah me merah).
Wajah
bidan tersebut tidak seperti biasanya selalu tersenyum saat memeriksa
kandunganku. Namun detik ini berubah total sangat berbeda tidak seperti
biasanya. “ Ibu yang sabar ya, bayi ibu sekarang tecancam karena air ketuban
ibu sudah pecah di dalam kandungan dan ibu akan di kirim ke RSU Negara secepatnya
untuk di operasi agar bayi ibu cepat terselamatkan”. Air mataku mengalir tidak
kunjung henti, kakiku tidak bisa dipijakkan ke lantai seolah-olah aku lumpuh.
Bibirku tidak bisa berucap apapun seolah-olah aku kehilangan pita suara. Detak
jantungku berdetak sangat cepat ibaratkan malaikat maut mau menjemput. Sampai
di rumah sakit aku pasrah, wajahku suram tanpa warna. Dokter dengan segera
mengeluarkan alat melahirkan untukku.
Aku
bagaikan patung saat dipasangkan infuse ke lengan kiriku. Dokter memeriksa
bagian dalam, apakah si bayi akan lahir saat ini juga. Beberapa jam kemudian,
dokter mendatangiku dan memberikan sepotong pil perangsang berwarna merah muda
untuk diletakkan di bawah lidah. Tiga jam kemudian dokter menghampiriku, “
Apakah perut ibu sudah terasa sakit atau ingin membuang air besar?”. Aku hanya
menggelengkan kepala sambil menahan rasa takut. Lima jam lagi dokter
mendatangiku dan memeriksa bagian dalam. Wah, ternyata baru ada bukaan satu
kemungkinan ibu tidak jadi di operasi “Seru dokter Adit”. Aku sedikit lega
ketika mendengar berita yang diucapkan oleh dokter Adit. Namun, hati tidak bisa
dibohongi detak jantungku selalu berdetak kencang dan sangat hebat. Pukul 10.00
malam aku tertidur ditemani suami dan ibuku. Alat pendeteksi jantung si bayi terdengar
sangat keras disebelahku dan dokter menugaskan suamiku untuk selalu menunggu
perkembangan jantung si bayi. Pukul 12.30 tengah malam, tiba-tiba perutku keras
dan terasa sangat sakit seperti ada benda yang menusukku. Sang Suami bergegas
memanggil dokter untuk memeriksaku dan mengambil perlengkapan si bayi yang
sebentar lagi akan muncul ke dunia.
Tak
kuasa ku menahan sakit dari pukul 12.30 tengah malam sampai pukul 11.45 siang.
Keringat dan air mata terus bercucuran membasahi rambut dan wajahku. Seruan
dokter terkadang tak ku dengar karena sakit yang amat sangat sampai memutus jaringan
uratku sebanyak 44. Perjuanganku melahirkan si bayi sudah tidak kuat lagi,
“Dok… aku tidak kuat lagi” (sambil memegang pinggang dokter). Suaraku
seakan-akan menghilang begitu saja. Dokter segera mengambil langkah untuk
menggunting bagian dalamku agar si bayi cepat lahir. Setengah jam kemudian si
bayi lahir ke bumi mengeluarkan suara tangisan yang sangat kencang dan dokter
lainnya segera membawa bayiku ke ruang bayi. Aku merasa lega. Dokter menjahit
bagian dalamku sebanyak 27 setengah dan sakitnyapun hampir menyerupai saat aku melahirkan si bayi. Tenagaku
terkuras habis sedikitpun tak tersisa. Dokter mendatangiku dan membawa bayi
perempuanku. Air mataku mengalir lagi ketika melihat buah hatiku sudah lahir ke
dunia.
Perjuangan
seorang ibu dalam melahirkan putra-putrinya memang penuh rintangan. Oleh karena
itu, janganlah sesekali kita sebagai anak berani menyakiti apalagi sampai ibu
kita meneteskan air mata. Cintailah beliau karena sesungguhnya surga ada
ditepak kakinya.
Kalau
ada sumur di ladang
Bolehkah
aku menumpang mandi
Kalau
ada umur panjang
Kita
pasti berjumpa lagi
Apa yang anda katakan benar sekali. Bagi saya ibu adalah orang yang paling berjasa dalam hidup. Banyak saya kenang kata-kata ibu yang sangat berharga. Saya merasa beruntung lahir di tengah keluarga ibu yang mengerti kabajikan hidup dan mengajarkan sesuatu yang menjadi dasar hidup saya sampai sekarang. Tak salah kalau orang mengatakan nasib dunia ditentukan oleh ibu. Terimakasih. Salam damai dan ketenangan.
BalasHapus